Kejadian Gatot Nurmantyo serta KAMI, Di antara Persekusi serta Anti-Demokrasi
Oleh: Anton Permana (Anak kalong Keluarga Besar TNI)
Menarik memerhatikan sepak terjang serta pergerakan kepribadian berkebangsaan yang dilaksanakan oleh KAMI (Konsolidasi Tindakan Selamatkan Indonesia). Yang mendadak dalam tempo tidak berlama-lama, demikian berkobar-kobar di seantero nusantara.
Berawal dari perform tokoh kreator, deklarator serta presidiummnya yang mengagumkan, cerita serta tuntutan kepribadian yang disuarakan pun demikian mengena. Pas target serta sesuai dengan bukti situasi negara ini hari yang makin tersuruk.
Matinya trias politika ditambah lumpuhnya kontrol media penting serta mahasiswa, jadikan penguasa ini hari menjelma jadi oligharki tunggal.
Tetapi apa KAMI gentar serta bergerak?? Malah yang berlangsung kebalikannya. Kita dapat lihat bagaimana muka beberapa deklarator, presidium serta muka Pak Gatot saat dianya di”persekusi” oleh barisan massa spesifik itu. Raut mukanya nampak enjoy-enjoy saja. Muka yang tenang serta optimistis.
Tetapi saat hal tersebut pernah ditawarkan untuk kirim pasukan, Pak GN justru menjawabnya dengan enjoy “tidak perlu..Semua agar alamiah saja”. Justru kita yang panas dingin serta gregetan lihat jawaban tenang Pak GN.
kita baca serta kenali, serta s/d siapa aktor pendorongnya gampang ditebak.
Untuk anak TNI, anak kolong serta keluarga besar TNI, jujur ini benar-benar membakar dada saya. Begitupun dengan beberapa beberapa anak kolong lainnya. Serta beberapa prajurit TNI yang aktif juga marah serta geram lihat bekas Panglima mereka dipersekusi serta sampai dilontari pengucapan kotor. Ini sebetulnya sangat kelewatan.
Siapa lagi barisan yang punyai tingkah laku semacam ini?
Dengan situasi ini tentu saja yang kita soroti ialah ke mana negara? Mengapa ini dapat berlangsung dalam suatu negara yang tuturnya demokrasi? Satu negara yang tuturnya berPancasila?
KAMI lahir untuk kemampuan civil society sebab matinya trias politika di negeri ini.