Dokumen itu mengutarakan jika 16.000 orang meninggal karena ‘kekacauan’ di dalam rumah sakit serta panti jompo pada Maret serta April 2020, atau periode awal lockdown Inggris, demikian seperti diambil dari Daily Mail, Sabtu (26/9/2020).
Diprediksikan, 26.000 orang lagi dapat kehilangan nyawa dalam setahun bila orang terus ‘dijauhkan’ dari service klinis reguler serta perawatan sosial non-COVID-19.
Serta 31.900 penambahan dapat mati semasa lima tahun ke depan untuk akibatnya karena pemicu klinis yang lain dapat tidak teratasi, seperti analisis kanker yang lewatkan, operasi klinis non-COVID-19 yang diurungkan, dan efek kesehatan karena krisis ekonomi yang dipacu oleh lockdown.
Tetapi, riset itu menggarisbawahi peranan penting dari lockdown dalam mendesak angka kematian.
“Serta, saat service kesehatan Inggris (NHS) mulai bangkrut karena jumlahnya korban wafat, angka kematian dapat naik sampai ke 1,4 juta.”
Beberapa petinggi menjelaskan lockdown akan mengakibatkan beberapa pengurangan angka kematian.
Profesor Chris Gale, seorang pakar jantung di Kampus Leeds, menjelaskan: “Ini ialah kematian yang semestinya tidak ada. Kami lockdown seutuhnya serta pesan untuk tinggal di dalam rumah dimengerti dengan cara harfiah. Beberapa orang tidak cari perawatan serta banyak yang wafat mengakibatkan.”
“Jumlah kematian tidak langsung kemungkinan melewati jumlah langsung COVID-19,” katanya.
Profesor Chris Gale, seorang pakar jantung di Kampus Leeds, menjelaskan: “Ini ialah kematian yang semestinya tidak ada. Kami lockdown seutuhnya serta pesan untuk tinggal di dalam rumah dimengerti dengan cara harfiah. Beberapa orang tidak cari perawatan serta banyak yang wafat mengakibatkan.”
“Jumlah kematian tidak langsung kemungkinan melewati jumlah langsung COVID-19,” katanya.