The Devil All The Time bawa performa baru buat Tom Holland. Imagenya untuk superhero Spider-Man berubah melalui performanya dalam film itu.
The Devil All the Time adalah cerita thriller psikologis yang ceritanya dilandaskan dari novel berjudul sama karya Donald Ray Pollock. Film ini bercerita tokohnya yang namanya Arvin, dimana dia dikelilingi oleh sikap jahat yang ada di sekelilingnya serta memberikan ancaman keluarganya.
Film ini jadi satu project yang lain dari film yang awalnya dimainkan Tom Holland. Dia terbenam dalam ceritanya yang muram serta ciri-khasnya yang susah serta waktu lalunya yang tidak membahagiakan.
Diutarakan Tom Holland, dia punyai fakta spesial kenapa dianya terima peranan di film garapan Antonio Campos ini.
“Untuk seorang aktor, saya tetap cari rintangan. Serta hal yang sangat menarik buatku untuk terima peranan ini ialah sebab dia menggerakkan bagian diriku keluar dari peranan yang sejauh ini belum saya lalui,” papar Tom Holland dalam pengakuan dibalik produksi film The Devil All The Time yang diterima detikcom.
Performanya tidak ramah atau seriang Peter Parker. Berperanan untuk tokohnya yang namanya Arvin Russell, Tom Holland menjelaskan jika ciri-ciri ini memaksanya untuk seperti masuk di dunia lain.
“Arvin ialah orang yang agresif serta pemarah sekaligus juga perhatian serta penyayang. Dia ialah figur yang tidak pernah saya hadirkan serta saya tidak mempunyai pengalaman hidup seperti dianya,” tambah Holland.
Tetapi yang buat semakin melawan, dianya harus sesuaikan dengan logat Amerika sisi barat yang ciri khas.
“Bersama-sama pelatih aksen, saya banyak dengarkan tayangan radio tahun 1960-an. Ini membantuku agar bicara dengan logat yang cocok dengan tone rendah sekaligus juga bertambah rendah,” papar Tom.
Kerja sama juga dengan Antonio Campos, si sutradara, diutarakan aktor 24 tahun ini membahagiakan.
“Ia tetap dapat memberikan fakta dibalik setiap adegan yang perlu kita kerjakan. Ia terbuka dengan beberapa ide baru,” ujar Holland.